Sabtu, 11 Februari 2012

Sudikah memberi sedekah

Pada kenal Aristoteles kan..?
Pada suatu siang yg terik Aristoteles sedang berjalan2 di pasar..Memperhatikan orang2 yg sedang sibuk menjajakan dagangannya. Tiba2 saja datang seorang perempuan tua mengemis kepadanya.


PT (Perempuan Tua): “ Tuan,kasihanilah saya..suami saya sedang sakit..sudah tidak kerja 2 bulan..tidak ada yg mencari nafkah..anak2 saya sedang kelaparan di rumah…”


ARISTOTELES : “hmm…malang bener nasib ibu…tapi saya tidak punya banyak bu..saya hanya punya 2 kepeng perak (sambil menyerahkan uang kepada PT )”


PT : “oh…..terima kasih Tuan..anda sangat dermawan..semoga Tuhan membalasa kebaikan anda”


Dan perempuan tua itu pun berlalu…tapi tanpa disangka salah satu murid Aristoteles melihat kejadian tersebut dari jauh, dan bergegas menghampiri gurunya.


Murid : “Guru memberikan uang kepada Perempuan Tua itu?”


Aristoteles : “ya! Dia bilang suaminya sedang sakit dan anak2 nya sedang kelaparan karena tidak ada yang mencari nafkah?”


Murid : “ya ampun guru…Dia itu penipu..dia tidak punya suami…apalagi anak…kerjanya tiap hari selalu mengemis dan menipu orang. Dan Guru sudah di bohongi dia”


Aristoteles : “ oh benarkah? Bagus kalo gitu”


Murid : “hah?apa? bagus guru bilang? Guru sadar gak si…? Guru baru saja di tipu!!!”


Aristoteles : “ya saya sadar..dia tidak punya suami yg mana berarti tidak ada yg sedang sakit…dan dia tidak punya anak yang mana berarti tidak ada yg sedang kelaparan. Lagi Pula saya hanya memberi 2 kepeng perak..yg mana berarti tidak cukup untuk membeli obat untuk suaminya yg sedang sakit dan makanan buat anak2nya yg sedang kelaparan,dan bukankah saya egois jika dengan 2 kepeng itu saya berharap suaminya bener2 sakit? Anak2nya bener2 kelaparan?.Bukankah ini berita bagus muridku?”


Murid: (diam, terpana)


Nah ada yg ngerti gak ne cerita…? XD
Terkadang (selalu?) kita memberi kan sedekah dengan keadaan si pengemis HARUS bener2 sakit….HARUS bener2 kelaparan..Dengan demikian lah maka hati kita rela memberikan sedekah. Dan jika kita tahu kita telah tertipu oleh Sang PENGEMIS maka sumpah serapah berterbangan seketika itu juga. Tapi pernakah kita berpikir seperti Aristoteles? yg lebih merasa bagus telah tertipu..?


Atas dasar 1000rupiah? 2000rupiah? (masukkan jumlah maksimal uang yg bisa anda beri kepada pengemis)? Dan kita secara egoisnya berharap kalo si pengemis bener2 menderita? Bukankah lebih baik kita berharap kita yang di tipu?


Ya mungkin kita menyangkal “saya tidak berharap seperti itu kok”
Tapi rasa tidak Rela karena niatnya berbuat amal malah tertipu..selalu ada. Selalu Hadir.


Atau “saya kan Cuma mau memastikan uang saya itu bener2 sampai pada yg membutuhkan dan bukan pada penipu”
Nah ini sifat alamiah kita..selalu mecari pembenaran atas sesuatu yg gak mungkin bisa benar. Seperti pepatah cina mengatakan.jika itu salah, diulangi seribu kali juga tidak akan benar.Jika kita benar2 punya pemikiran seperti itu…bukankah lebih baik kita menyumbang ke panti asuhan, panti jompo de el el tanpa harus menunggu pengemis “menipu” kita? Its complicated to tell..hope u undestand it..
Semoga cerita ini dapat membuat kita lebih rela memberikan sedekah tanpa pamrih.


Be Wise , Be Smart
Selamat Di tipu!!! XD


Tidak ada komentar:

Posting Komentar