Waktu itu saya begitu gembira apabila kerabat yang baru saja pulang dari Jakarta memberikan oleh-oleh, entah baju kaos atau gantungan kunci. Padahal kalau dipikir - pikir, produk serupa banyak dijual juga di toko-toko di daerah kami. Tapi sekali lagi, ini Jakarta meennn…. keren.
Kini, setelah saya sempat hidup beberapa lama di Jakarta, dan masih sering mengunjungi kota ini, saya melihat ada fenomena menarik tentang oleh - oleh khas Jakarta. Selain baju, tas dan produk fashion (yang harus) dari Tanah Abang atau Mangga Dua, buah tangan dari Jakarta kini seolah mengerucut ke produk-produk makanan yang di negeri barat sono sering disebut ‘junk food’.
Sering kali saya mengamati tentengan orang-orang di Bandara Soekarno-Hatta, produk Rotiboy, Dunkin Donuts & Jco, sepertinya menempati rating utama untuk dijadikan oleh - oleh bagi kerabat di kampung. Gerai waralaba yang ada di Bandara Soekarno - Hatta memang cukup memudahkan orang untuk membelinya. Selain buat oleh - oleh, roti dan donat bermerk itu bisa juga dijadikan ganjal perut ketika lapar datang saat menunggu pesawat atau dalam perjalanan di udara.
Suatu ketika di pusat perbelanjaan Tanah Abang, saya sempat mendengar seseorang berlogat Indonesia Timur sedang melakukan percakapan via telepon genggam.
“Ya nak, jadi berapa rotiboy-nya bapak beli? … iya, sebentar bapak beli rotiboy-nya … “
Terkadang saya heran juga kenapa Rotiboy, produk waralaba asal Malaysia itu, bisa demikian ngetop sebagai oleh - oleh ‘khas’ Jakarta. Padahal menurut saya Rotiboy itu enaknya dimakan saat masih hangat, fresh from the oven. Kalau dingin, maka rotinya akan kempes dan sedikit alot sehingga mengurangi kenikmatannya.
Lain lagi dengan seorang rekan saya dari daerah Kalimantan yang sempat jalan - jalan di Jakarta. Dia dengan gesitnya mengitari sebuah mall untuk mencari sesuatu untuk anaknya. Lalu apa yang dia beli? Sekotak ayam KFC!
“Lho Boss, KFC kan ada juga di sana?”
“Biar lah… , yang penting ini belinya di Jakarta…”
Hmm, saya jadi berpikir, ke mana sih kue - kue khas asli Jakarta? Di manakah kita harus membeli dodol betawi, geplak bakar, kerak telor dan roti buaya? Mengapa nama - nama itu malah kalah di kandang sendiri dibandingkan produk makanan yang dikemas dalam sistem waralaba modern?
Jakarta malah kalah dibandingkan kota - kota di daerah seperti Medan yang punya Bika Ambon, belakangan bertambah lagi Bolu Meranti & Pain Cake Durian, Yogyakarta yang memiliki ratusan kios dan toko tersebar di berbagai sudut kota menjual Bakpia Pathok, Semarang dengan Lumpia-nya, Padang dengan Kripik baladonya, Palembang dengan Empek - Empeknya dan kota" lain yang mempunyai oleh - oleh khas nya masing - masing.
Jakarta setiap hari diserbu oleh orang - orang yang datang untuk berwisata atau melakukan perjalanan dalam rangka pekerjaan / bisnis. Orang - orang dari daerah lain atau bahkan luar negeri tentu berpotensi untuk membeli oleh - oleh. Namun sayang, oleh - oleh yang kini diincar sebagai ‘khas’ Jakarta, nyatanya adalah produk - produk asing.
Akhirnya saya pun mencoba untuk
mengumpulkan informasi terkait oleh - oleh khas Jakarta. Kalo ada yang
berkenan menambahi silakan saja. Mari kita kupas bareng demi
Jakarta Lebih Baik #pake baju kotak - kotak#
PRODUK
PANGANAN LOKAL JAKARTA
Oleh-oleh panganan
lokal bisa dibikin. Menurut saya ada dua cara, yaitu dengan inovasi
produk atau strategi marketing yang kreatif. Chocodot Garut
membuktikan cara yang pertama, sedangkan Kripik Pedas Maicih adalah
bukti nyata kedua. Kedua produk penganan lokal tersebut akhirnya menjadi
citra baru kotanya masing - masing.
Nah, gimana Jakarta?
Makanan lokal khas
Jakarta (Betawi) banyak, seperti kerak telur, dodol betawi, geplak bakar, akar
ketapang, roti buaya, kembang goyang hingga bir plethok. Namun makanan -
makanan khas
Jakarta itu kok kayak kurang cetar membahanan badai, baik dalam hal
inovasi produk maupun strategi marketingnya. Selain namanya kurang
menggema, tempat untuk mendapatkan makanan khas Jakarta tersebut juga
masih jarang. Terakhir saya menemukan dodol betawi dijual di minimarket
mirip Indomaret di Stasiun Gambir. Yang lainnya saya bisa menemukannya
kalo pas ada event - event tertentu, tapi kalo pas nggak ada event rada
bingung juga.
Selain itu
makanan - makanan baru yang sengaja dibuat lalu terkenal juga jarang
yang
sampe bisa dilabeli “Jakarta”, coba aja ada yang namanya Risol Jakarta
atau Lemper Jakarta.
Saya sendiri
bermimpi ada panganan lokal Jakarta yang tahan lama tanpa pengawet lalu
dikemas dengan menarik dan isinya bannyak! Haha. Coba ada yang bikin
“Cokelat Ondel-Ondel” atau “Kacang Goreng Pamer Paha” atau “Donat
Bundaran HI” atau “SI DOEL Asli Betawi(SI DodoL Betawi dengan aneka
rasa) #maksa sih# atau apalah
itu yang penting akhirnya produk tersebut bisa jadi sangat Jakarta,
terlepas sebenarnya memang produknya juga ‘hanya’ kacang atau kue.
Strategi marketing menjadi penting ketika inovasi produk sulit
dilakukan.
PRODUK
FASHION JAKARTA
Akhir - akhir ini
sudah nggak susah lagi nyari kaos yang ada tulisannya JAKARTA di
beberapa pusat perbelanjaan di ibukota. Bahkan, ada yang jual kaos
bertema Jakarta dengan harga yang cukup miring. Selain itu pilihan kaos
provokasi seperti DAMN I Love Indonesia atau koleksi Provotoko bisa
dijadikan alternatif lain.
Nah, bila bosen
ngasih oleh-oleh kaos bisa pula diganti dengan kain batik motif khas
betawi, seperti ondel - ondel atau si pitung. Batik betawi ini bisa
dicari
di Pusat Batik Nusantara Thamrin City. Meskipun memang batik betawi ini
setipe dengan batik kompeni yang sudah lebih dulu berkembang di
Cirebon, namun keberadaan batik betawi ini merupakan terobosan baru
untuk oleh - oleh khas Jakarta.
PERNAK -
PERNIK
JAKARTA
Salah satu
alternatif pilihan untuk
membeli gantungan kunci atau pernak pernik lainnya yang bertema Jakarta,
yaitu di ITC Kuningan, ITC Mangga Dua. Sayangnya saya belum pernah maen
lagi ke sana
sehingga saya kurang tahu apakah toko itu masih ada atau tidak.
PRODUK-PRODUK
OBJEK WISATA JAKARTA
Sebenarnya paling
gampang nyari oleh - oleh bertema Jakarta tentu saja di objek wisata
langsung, seperti Dufan atau TMII. Tapi harap diingat pasti ada
embel - embel pesan sponsor tempat - tempat wisata yang bersangkutan.
PUSAT
OLEH-OLEH JAKARTA
Nah, inilah yang
sebenarnya saya harapkan ada di Jakarta. Semoga gubernur DKI Jakarta
yang baru bisa ikut membangun pariwisata Jakarta seperti halnya
membangun pariwisata Solo ketika menjabat sebagai walikota.
Pusat Oleh - Oleh
Jakarta tidak perlu buka setiap hari, kok. Bisa dinuat Bazaar
yang bukan setiap akhir dan produk - produk yang
dijual bisa dibuat beragam menjadi produk - produk dari seluruh daerah
Indonesia serta produk - produk kreatif sekaligus inovatif.
Sebenarnya Jakarta
sudah punya alun - alun Indonesia, Sarinah, Pasaraya Grande, Pusat Batik
Nusantara ataupun Inacraft/Pameran Kerajinan Lainnya sebagai rujukan
saat ini untuk mencari oleh - oleh, namun tetap saja saya gatel bermimpi
suatu saat Jakarta punya Pasar Akhir Pekan tempat warga Jakarta bisa
berkumpul, sambil makan, sambil bersosialisasi, sambil berbelanja
produk - produk lokal yang inovatif sekaligus kreatif. Yang perlu
diingat
adalah pasar di Jakarta cukup besar mengingat banyaknya jumlah penduduk
Jakarta sehingga bisa dibayangkan berapa omzet Pasar Akhir Pekan Jakarta
bila benar - benar terwujud, terlebih warga Jakarta sendiri emang doyan
belanja *lirik diri sendiri*.
So, kapan ya Pasar
Akhir Pekan Jakarta bisa terwujud?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar